Eduglobal.id Keutamaan menuntut ilmu adalah satu jam di majelis ilmu lebih baik daripada memerdekakan 1.000 budak. Dan memandang wajah orang alim itu adalah lebih baik daripada bersedekah 1.000 kuda di jalan Allah. Dan salam kita kepada orang alim atau orang yang berilmu itu lebih baik daripada beribadah 1.000 Tahun.
Disebutkan Hafidz Al Mundziri dalam kitabnya Daul Yatimah jadi dari sahabat Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu berkata aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda Siapa yang berjalan atau pergi ke sarasehan atau ke majelis pengajiannya orang alim maka ia memperoleh pahala setiap satu langkah. Ia memperoleh pahala setiap satu langkah itu 100 kebaikan. Apabila ia duduk di sisinya kemudian mendengarkan apa yang diajarkan maka baginya berpahala dari setiap kalimah satu kebaikan.
Imam Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin Kanjeng Nabi bersabda Sallallahu Alaihi Wasallam Alim fiqih yang wira atau yang bisa menjaga hal-hal yang syubhat hal-hal yang haram itu lebih berat bagi setan daripada 1000 orang ahli ibadah yang tekun tapi tidak mempunyai ilmu.
Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah itu bagaikan keutamaan bulan purnama di atas seluruh bintang-bintang. Maksudnya adalah yang mengamalkan ilmunya lebih utama daripada orang yang ahli ibadah tapi yang tidak mempunyai ilmu bagaikan keutamaan bulan purnama di malam hari atas bintang-bintang, artinya lebih bercahaya bulan purnama dibanding bintang-bintang.
Dalam suatu riwayat al-Haris bin Abu Usamah dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu Anhu Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda keutamaan seorang alim atau orang yang berilmu atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas umatku dan dalam suatu riwayat oleh Imam Turmuzi dari Abu Umamah disebutkan keutamaan orang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas orang yang di bawahku. Maksudnya bahwa kemuliaan seseorang yang berilmu dibandingkan kemuliaan orang ahli ibadah itu adalah seperti kemuliaannya Kanjeng Nabi atas kemuliaan atas para sahabat.
Imam Ghazali berkata perhatikanlah bagaimana Nabi menjadikan ilmu sebagai standar derajat kenabian dan bagaimana beliau menurutkan derajat amal semata-mata dari ilmu dan jika seorang ahli ibadah itu ternyata tidak berilmu sekalipun tapi ia benar-benar tekun beribadah maka ia tidak dianggap ibadahnya.
Jadi orang beribadah tapi dia itu tekun tapi dia tidak punya ilmu tidak mau ngaji tidak mau mengikuti kajian ya kan malah bar takjil bar salat bablas metu keluar misalkan tidak mau ikut jamaah salat Isya apalagi salat Tarawih. Salat Tarawihnya malah nyari membuat sendiri di dalam kamar. Misalkan seperti itulah ini walaupun dia itu beribadah tapi tidak dianggap beribadah. Ini Imam Ghazali mengatakan seperti itu jadi teman-teman makanya ketika masuk di dalam kampus di pintu gerbang itu ditulis yarfa’illahul adzim. Kalau di pintu gerbang kampus Unissula ditulis yarfa’illahul ladzina amanu minkum jadi orang yang mencari ilmu itu derajatnya akan ditinggikan Allah SWT.
*Penulis Dr Sudarto MPdI, (Pengasuh Pesantren Mahasiswa Sultan Agung)