Dulu Ditolak 21 Kampus, Kini Fuguh Lulus Cumlaude Double Degree dan Wakili Indonesia di Kancah Internasional

Berita, Kampus30 Views

Tak banyak anak muda yang memiliki daya juang seperti Fuguh Bagaskara Awalludin. Perjalanan hidupnya yang penuh liku membuktikan bahwa mimpi besar tidak ditentukan oleh latar belakang, melainkan oleh keteguhan hati, kerja keras, dan keyakinan untuk terus melangkah meski jalan terasa berat.

Lahir dari keluarga kurang mampu di Ngawi, Jawa Timur, Fuguh menjalani masa kecil yang jauh dari kata mudah. Sejak MI, MTs, hingga MA, ia selalu berjalan kaki puluhan kilometer ke sekolah. Tak ada sarapan, tak ada uang saku, bahkan kadang hanya berbekal semangat dan cita-cita di dada.

“Pernah hampir putus sekolah, tapi bapak-ibu guru datang ke rumah, memberi semangat, bahkan kadang membantu kebutuhan sekolah saya. Mereka bilang, ‘Fuguh, kamu harus terus sekolah. Kamu punya potensi besar,’” kenang Fuguh haru.

Tekanan ekonomi tak membuatnya menyerah. Justru sebaliknya, ia semakin aktif. Sejak MI dia aktif diberbagai perlombaan seperti Baca Puisi dan Pramuka. Waktu MTs aktif di Marching Band, Pramuka, Osis dan Olimpiade IPS bahkan sempat turut mewakili MAN 3 Ngawi menjadi Juara 1 Lomba Marching Band Kemenag Jawa Timur. Tak Hanya itu saja, di MAN 2 Ngawi, Fuguh menjadi Ketua OSIS tahun 2019, sekaligus aktif di Pramuka, Paskibra, marching band, Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (KIPAN) dan rajin ikut olimpiade ekonomi. Ia bahkan berhasil menjadi peserta Kompetisi Sains Madrasah Online (KSMO) Nasional 2020, selain itu ia juga pernah mewakili sekolahnya dalam ajang Olimpiade APBN Kemenkeu 2020, meski harus belajar di tengah keterbatasan fasilitas dan akses informasi.

Namun jalan menuju perguruan tinggi tak mudah. Setelah lulus MA, Fuguh mengalami penolakan dari 21 kampus, baik negeri, PTKIN, maupun swasta. Tapi ia tak menyerah. “Saya cuma ingin menepati janji saya kepada almarhumah nenek saya,” ujarnya lirih. “Saya janji akan jadi sarjana dan mengangkat derajat ibu. Saya ingin membuktikan bahwa anak dari keluarga tak mampu juga bisa jadi sarjana.”

Akhirnya, harapan itu datang lewat beasiswa KIP Kuliah di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, pada Program Studi Akuntansi. Di tengah perjuangan akademik, keberuntungan kembali berpihak. Fakultas Ilmu Komunikasi Unissula menawarinya beasiswa penuh untuk kuliah double degree, dan Fuguh pun resmi menjadi mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi.

Semangat belajar yang tak pernah padam mengantarkannya pada pencapaian luar biasa. Tahun ini, ia lulus dari S1 Akuntansi dengan predikat Cumlaude, dan tengah menyelesaikan studi keduanya di Ilmu Komunikasi. Tak hanya di dalam negeri, Fuguh juga telah menorehkan prestasi di level internasional. Ia menjadi delegasi Indonesia di ASEAN Student Mobility Programme in Conjunction with ASEAN Universities Exhibition and Forum (AEF 2025) dan meraih Juara 2 dalam ajang Innovators Challenge di Sunway University, Malaysia.

“Saya tidak pernah bayangkan bisa ke luar negeri, apalagi mewakili Indonesia. Tapi saya percaya, selama terus berjalan walau lambat, kita pasti sampai,” ungkap Fuguh dengan senyum penuh keyakinan.

Kisah Fuguh Bagaskara Awalludin adalah cermin dari kekuatan mimpi dan keteguhan tekad. Ia bukan hanya berhasil membuktikan bahwa anak dari keluarga miskin bisa menjadi sarjana, tapi juga bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti melangkah. Dengan pendidikan, doa, dan dukungan orang-orang baik di sekelilingnya, Fuguh kini menjadi inspirasi nyata bagi generasi muda di seluruh Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *